Sabtu, 26 Januari 2013

Gaya Kepemimpinan




A.  PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
1. Keith Davis dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is ability to persuade the others to seek defined objective enthusiastically. (kepemimpinan adalah kemampuan mengajak orang-orang lain untuk mencari tujuan tertentu dengan penuh semangat)
2. Kae.H.Chung & Leon C.Megginson dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the process of influencing other people for the purpose of achieving shared goals. (kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai mencapai tujuan bersama).
3. G.L. Freeman & E.K. Taylor dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the ability to create group action toward an organizational objective with maximum effectiveness and cooperation from each individual. (kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu).
4. Dubin dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the exercise of authority and the making of decisions. (kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan membuat keputusan-keputusan)
5. Frankilm G. Moore dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the ability to make act the way the leader want. (kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin).
6. Reuter dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is an ability to persuade or direct men without use of the prestige or power of formal office or external circumstance. (kepeminpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak atau mengarahkan orang-orang tanpa memakai kekuatan jabatan formal atau keadaan luar)
7. James M. Black dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is capable persuading others to work together under directions as a team to accomplish certain designated objectives. (kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu).

8.  George R. Terry dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work tigether willingly on relted tasks to attain tthat which the leaders desires. (kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin).
9. Harold Koontz & Cyrill O’Donnell dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence. (kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).
10. Richard N.Osborn, James G. Hunt, dan Lawrence R. Jauch dalam Sutarto (1989)
                   Leadership all ways in which one person exert influence over others. (kepemimpinan – semua cara yang disitu seseorang mempunyai pengaruh).
11. Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Massarik dalam Sutarto (1989)
                   Leadership as interpersonal influence, exercised in situation and directed through the communication process, toward the attainment for a spesific soal or goals. (kepemimpinan sebagai aktivitas saling pengaruh antar privadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan khusus).
12. John D.Pfiffner & Robert Presthus dalam Sutarto (1989)
                   Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and groups to achieve desired ends. (kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam antara lain memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintahm memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberiakn penghargaan, memberi kedudukan, memberikan tugas, memberikan tanggung jawab, memberikan kesempatan mewakili, mengajak, meminta saran / pendapat / pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memnerikan motivasi, membela, mendidik, membimbing, mempelopori, memberikan petunjuk, menegakkan disiplin, memberikan teladan, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan perubahan, memberikan ancaman, memberikkan hukuman, dan lain-lain.

B.  TIMBULNYA KEPEMIMPINAN
`      Terdapat beberapa pemikiran yang menjelaskan timbulnya sifat kepemimpinan dari seseorang, yaitu berdasarkan sudut pandang Pemikiran “hereditary (turun temurun)”, dan pemikiran “physical characteristic theory (teori ciri fisik)”. berikut adalah penjelasan dari kedua sudut pandang tersebut :
1. Pemikiran “hereditary (turun temurun)”
            The hereditary approach states that leaders are born and not made – that leaders do not acquire the ability to lead, but inherit it (pendekatan turun temurun menyatakan bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibuat-bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya). Untuk menjamin kelanjutan kepemimpinan dalam garis keturunan maka dilakukan perkawinan antar anggota yang dekat. Dengan jalan ini maka kekuasaan dan kesejahyteraan dapat dilangsungkan kepada generasi pemimpin berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.
2. Pemikiran “physical characteristic theory (teori ciri fisik)”.
        Teori ini dikemukakan oleh W.H. Sheldon yang bekerjasama dengan S.S.Steven yang kemudian menerbitkan buku berjudul “the varieties of human phisique”. Dikemukakan bahwa terdapat 76 tipe struktur badan yang berhubungan dengan perbedaan temperamen dan kepribadian. Kemudian muncul pendapat bahwa pemimpin dapat diciptakan melalui latihan. Dengan dimikian, setiap orang dapat dilatih menjadi pemimpin atau dengan oerkataan lain setiap orang berpotensi untuk menjadi pemimpin.
Kartono dalam Sulistiyani (2008: 52-55) menyebutkan bahwa terdapat 3 teori mengenai lahirnya pemimpin yaitu hereditary teori, social teori, situasional teori. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing teori tersebut :

Hereditary teory
Keturunan merupakan pandangan yang membenarkan bahwa pemimpin itu dilahirkan, berasal dari kalangan tertentu, dan telah membawa sifat-sifat pemimpin sejak lahir.

Social teori 

Bahwa seorang pemimpin menjadi pemimpin melalui pembentukan dengan proses tertentu, seperti pendidikan formal, pendidikan non formal yang dapat membantu seseorang membentuk kemampuan sebagai pemimpin. Pendidikan berkisar pada proses menuju pribadi yang matang (nature). Untuk itu bagi pendidikan yang mengantarkan pada pembentukan pemimpin hendaknya dilakukan bukan sekedar transfer pengetahuan, namun juga transfer nilai (value). Dengan demikian pendidikan menghasilkan penguasaan ilmu pengetahuan disertai dengan kematangan diri, ditandai oleh penerapan nilai-nilai yang baik dalam sistem tata laku.

Situasional teori
Bahwa munculnya seorang pemimpin diilhami oleh kondisi tertentu. Suatu situasi tertentu memungkinkan seseorang muncul sebagai tokoh yang mampu mengkoordinir pengikut. Pemimpin dmikian muncul karena driving force yang bersifat sitausional. Biasanya pemimpin ini sangat kondisional dengan keadaan yang dihadapi, artinya tokoh yang muncul sebagai pemimpin disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan situasi pada waktu itu. Sehingga pemimpin yang muncul menurut teori ini adalah kebetulan kemampuan memimpin yang dipertemukan dengan kondisi yang membutuhakan kecakapan dan keahlian yang dimiliki. Namun pada hakikatnya tokoh yang muncul sebagai pemimpin dalam situasi tersebut memang memiliki kemampuan untuk memimpin.

C.  SIFAT-SIFAT YANG SEHARUSNYA ADA PADA PEMIMPIN.
Sutarto (1989) merangkum pendapat dari beberapa tokoh mengenai sifat-sifat yang seharusnya ada pada pemimpin, dengan kesimpulan sebagai berikut :
  1. Taqwa                              16. Berjiwa matang
  2. Sehat                                17. Bertindak adil
  3. Cakap                               18. Berkemauan keras
  4. Jujur                                 19. Berdaya cipta asli
  5. Tegas                                20. Berwawasan situasi
  6. Setia                                 21. Berpengharapan baik
  7. Cerdik                              22. Mampu berkomunikasi.
  8. Berani                              23. Berdaya tanggap tajam
  9. Berilmu                            24. Mampu menyusun rencana
10.  Efisien                              25. Mampu membuat keputusan
11.  Disiplin                            26. Mampu melakukan kontrol
12.  Manusiawi                       27. Bermotivasi kerja sehat
13.  Bijaksana                         28. Memiliki rasa tanggung jawab
14.  Bersemangat                    29. Satunya kata dengan perbuatan
15.  Percaya diri                      30. Mendahulukan kepentingan orang lain.
Dalam kehidupan organisasi dijumpai adanyaorang yang memiliki kharisma yang dapat menyebabkan orang lain taat mengikuti segala yang dikehendaki tanpa dapat menerangkan apa yang sesungguhnya menjadi dasar taat tadi. J. Carroll dan Henry L. Tosi dalam Sutarto (1989:59) menjelaskan bahwa kharismatik : memiliki kesetiaan dan tanggung jawab dari pengikutnya, bukan karena mereka memiliki kemahiran khusus atau ada pada kedudukan khusus, tetapi karena pengikutnya menanggapinya sebagai individu. Seperti dasar kemahiran dan keahlian, dasar daya ini unik bagi individu dan situasi. Pengaruh kharismatik tidak dapat dipindahkan ke orang lain.
Situasi yang dihadapi organisasi yang satu berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh organisasi yang lain. Hal ini terjadi tidak hanya terhadap organisasi yang berbeda bidang kegiatannya melainkan terjadi pula terhadap organisasi sejenis. Organisasi yang sejenis dapat menghadapi situasi yang berbeda sehingga diperlukan sifat-sifat pemimpin yang berbeda pula. Situasi berubah sesuai dengan perkembangan lingkungan sehingga menuntut pula sifat-sifat pemimpin yang berubah. Sehingga tidak mungkin semua sifat di atas berlaku untuk pemimpin dalam segala organisasi dan segala situasi. A.F. Stoner dalam Sutarto (1989:60) menjelaskan : “no one trait was common to all effective leaders; no one style was most effective in all situation”.  (tidak ada satu sifat umum pun untuk semua pemimpin yang efektif; tidak ada satu gaya yang sangat efektif dalam segala situasi).
Tentang sifat-sifat pemimpin yang tidak efektif, L. Sank dalam Sutarto (1989:62) menjelaskan bahwa sifat-sifat yang sebagian besar sering dicirikan kepada pemimpin yang tidak efektif adalah tidak tegas, komunikator yang buruk, memakai proses pembuatan keputusan yang jelek, tidak memiliki kemampuan kepemimpinan, tidak komunikatif, berpusat padadiri sendiri, tidak agresif, dan bukan menjadi delegator).
Sharma dalam Sutarto (1989:62-63) menjelaskan bahwa pemimpin yang tidak efektif adalah pemimpin yang tidak mampu menilai ide bawahan, hubungan kerja kemanusiaan yang buruk, memperlihatkan emosi yang tidak matang, dan kemahiran berkomunikasi yang buruk telah dipandang sebagai penyimpangan fungsi kepemimpinan yang efektif.

D.       GAYA KEPEMIMPINAN
Ronald Lippitt dan Ralph K. White dalam Sutarto (1989:72) menjelaskan bahwa terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokratis, dan liberal. Berikut akan diulas satu per satu dari gaya kepemimpinan tersebut.
D.1 gaya kepemimpinan otoriter
                 Kepemimpinan gaya otoriter, otokratis, atau diktator adalah kemapuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata.
     Kepemimpinan gaya otoriter memiliki ciri :
  1.  Wewenang mutlak berpusat pada pimpinan
  2.  Keputusan dan kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan 
  3.  Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
  4.  Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahannyadilakukan secara ketat 
  5.  Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
  6.  Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat 
  7.  Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secar instruktif
  8.  Lebih banyak kritik daripada pujian
  9. Pimpinan menurut kesetiaan mutlak tanpa syarat
  10.  Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
  11. Kasar dalam bertindak
  12. Kaku dalam bersikap
  13. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
Penerapan gayakepemimpinan otoriter memiliki keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Kerugian dari penerapan gaya kepemimpinan ini adalah berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Agarwal dalam  Sutarto (1989:75) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan otoriter mengakibatkan kerusakan moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresivitas, keluhan, absen, pindah dan tidak puas.  Kepemimpinan gaya otoriter hanya dapat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai maka gaya kepemimpinan ini harus ditinggalkan.

D.2. Gaya kepemimpinan demokratis
                 Kepemimpinan gaya demokratis adlaah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. 
Kepemimpinan gaya demokratis memiliki ciri :
  1. Wewenang pimpinan tidak mutlak
  2.  Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
  3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
  4. Kebijaksanaan dibuat antara pimpinan dan bawaha
  5. Komunikasi langsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawaham maupun antar sesama bawahan
  6. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
  7. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawaham
  8. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat
  9. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif
  10. Pujian dan kritik seimbang
  11. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing
  12. Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar
  13. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
  14. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati, dan saling menghargai
  15. Tanggungjawab keberhasilann organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.
Penerapan gaya kepemimpinan demokratis mendatangkan keuntungan berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahan dari saya kepemimpinan ini adalah keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

D.3. Gaya kepemimpinan liberal
                 Gaya kepemimpinan liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. 
Kepemimpinan gaya liberal memiliki ciri :
  1. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
  2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
  3. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
  4. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahanny
  5. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan bawahan
  6. Prakarsa selalu datang dari bawahan
  7. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
  8. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
  9. Kepentingan pribadi lebih utama dari pada kepentingan kelompok
  10. Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.
Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selra masing-masing.

REFERENSI
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan Profesional : Pendekatan Leadership Games. Yogyakarta : Gava Media
Sutarto. 1989. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.  [Yogyakarta] : Gadjah Mada University Press.
http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar